Ketidakmampuan untuk bernapas secara spontan dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir dikenal sebagai asfiksia neonatorum. Pada tahun 2023 penyebab utama kematian bayi di Banyuwangi yaitu asfiksia sebanyak 105 kasus. Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan hipoksia iskemik ensefalopati (HIE), edema serebri, cerebral palsy, dan kecacatan, pada jantung dan paru mengalami hipertensi pulmonalis persisten, perdarahan paru, dan edema paru, pada saraf mengalami gangguan neurologis dan keterlamabatan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh riwayat asfiksia neonatorum terhadap perkembangan anak. Penelitian ini menggunakan metode Scoping Review, Prefereed Reporting Items for Systematic (PRISMA) digunakan untuk menampilkan alur dalam pencarian evidence. Artikel dikumpulkan dari database Pubmed, Wiley, ScienceDirect, terdapat 10 artikel yang didapatkan peneliti untuk selanjutnya di review. Hasil scoping review menunjukkan bahwa asfiksia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan pada anak. Gangguan perkembangan dapat terjadi pada multi organ termasuk pendengaran, penglihatan, otak, dan neurologis. Asfiksia neonatorum menyebabkan terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik (HIE) yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dan aliran darah ke otak setelah melahirkan. Lamanya waktu otak tidak mendapatkan oksigen akan mempengaruhi keparahan kerusakan otak sehingga terjadi cedera multi organ. Skrining gangguan multi organ harus dilakukan segera agar bayi mendapatkan intervensi yang tepat.
Copyrights © 2025