Dalam perencanaan berkelanjutan pada aras lokal, diperlukan partisipasi masyarakat yang aktif terlibat dalam setiap proses pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, masyarakat tersebut adalah penduduk lokal yang tinggal di daerah terdampak bencana likuefaksi di Kampung Balaroa. Mereka direlokasi ke Hunian Tetap Balaroa (Huntap) dan mendapatkan bantuan dana stimulan untuk pemulihan dan kesejahteraan. Pasca bencana likuefaksi, terbentuk ikatan yang kuat dan keterlibatan yang majemuk pada masyarakat dan mendorong partisipasi masyarakat untuk saling bahu-membahu dan bekerja sama. Fenomena interaksi antar kerabat, maupun rasa keterikatan tersebut ternyata sudah terjadi sejak leluhur dengan filosofi “Nosintuvu”. Namun, bermasyarakat dalam Huntap Balaroa memunculkan beberapa dilema seperti tidak adanya ruang bersama untuk berkumpul (Tanalapa) untuk menciptakan rasa nyaman dan kekeluargaan. Upaya pemerintah dan lembaga donor untuk mewujudkan hal ini menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan partisipatif melalui focus group discussion. Hasil dari penelitian ini menghasilkan proses perencanaan ruang publik dan taman atau lapangan (Tanalapa) di Huntap Balaroa yang sesuai dengan filosofi Nosintuvu.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025