Diare menjadi penyebab kematian ketiga di dunia pada balita dengan jumlah kematian 443.832 anak pertahun. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi diare di Indonesia sebesar 12,3%. Sementara, di Jawa Barat, penderita diare balita yang dilayani pada tahun 2023 hanya mencakup 34,56%. Sebagai penyakit endemis di Jawa Barat, kejadian diare di provinsi ini berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Tujuan penelitian ini yaitu menggambarkan distribusi kasus diare pada balita di Provinsi Jawa Barat dan menentukan wilayah kerawanan kasus diare pada balita, persentase keluarga dengan sanitasi layak, presentase keluarga melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), presentase keluarga melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dan presentase keluarga melakukan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Studi ekologi deskriptif kuantitatif ini menggunakan data sekunder yang mewakili variabel-variabel di atas yang berasal dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2023. Peta wilayah Provinsi Jawa Barat didapatkan dari Badan Informasi Geospasial. Penelitian ini menggunakan unit administratif kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2023 dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Quantum GIS teknik skoring. Penelitian ini menunjukkan tingkat kerawanan diare pada balita dari 27 kabupaten/kota di Jawa barat memiliki enam wilayah kerawanan sangat tinggi kasus diare balita yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu dan Kota Bogor. Wilayah yang memiliki kerawanan kasus diare sangat tinggi secara umum adalah wilayah dengan presentase keluarga melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), presentase keluarga yang melakukan pengolahan sampah rumah tangga dan presentase keluarga yang melakukan pengelolaan limbah cair dengan tingkat rendah dan sangat rendah.
Copyrights © 2025