Infeksi bakteri primer pada kulit sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa peradangan pada kulit, seperti bisul, impetigo, selulitis, dan mastitis. Salah satu tanaman obat yang berkhasiat mengobati bisul ialah daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.). Telah dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun katuk terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 secara in-vitro. Ekstraksi daun dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak etanol kasar diencerkan dengan pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) 1% hingga berkonsentrasi 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode difusi sumuran agar. Parameter yang diukur ialah besarnya diameter zona hambat yang terbentuk disekitar sumur. Digunakan DMSO 1% sebagai kontrol negatif dan tetrasiklin HCl 0,1% sebagai kontrol positif. Desain penelitian ini menggunakan RAL dengan 5 perlakuan dan 2 kontrol, serta dilakukan 3 kali pengulangan. Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk dengan perlakuan ekstrak berkonsentrasi 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% secara berurutan ialah 5,42; 5,83; 6,58; 7,00; dan 8,75 mm. Hasil analisis statistik menggunakan proGram SPSS versi 16.0 for windows menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun katuk berpengaruh secara signifikan terhadap DMSO 1% dan tetrasiklin HCl 0,1% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 pada taraf kepercayaan 95%.
Copyrights © 2025