Cabai memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas karena mengandung senyawa antioksidan alami yang bernama capcaisin dan flavonoid yang dapat meningkatkan fungsi kognitif otak. Kandungan senyawa antioksidan pada cabai dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi bahan aktif dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu diantaranya jenis pelarut, ukuran bahan, rasio bahan- pelarut, dan metode ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelarut yang paling efektif dalam memperoleh rendemen ekstrak bubuk cabai dan untuk menentukan aktivitas antioksidan pada hasil ekstrak bubuk cabai, kemudian dibandingkan dengan besar aktivitas antioksidan pada BHT sebagai antioksidan sintetik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan analisis deskriptif, sedangkan untuk teknis pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Jenis cabai yang digunakan adalah cabai merah besar varietas TW dan pelarut yang digunakan adalah etanol 70%, etil asetat p.a, heksana p.a, petroleum eter p.a, dan kloroform p.a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa etanol 70% merupakan pelarut yang paling efektif dalam mengekstrak senyawa antioksidan dari bubuk cabai, dengan nilai rendemen tertinggi 2,47%. Namun, aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% yang diukur dengan metode DPPH masih tergolong sangat lemah (IC50 = 1169,95 ppm), jauh di bawah nilai IC50 BHT sebagai standar (20,023 ppm). Hasil ini mengindikasikan bahwa senyawa antioksidan dalam cabai merah besar varietas TW yang terekstrak oleh etanol 70% belum cukup potensial untuk menggantikan antioksidan sintetik seperti BHT.
Copyrights © 2025