Artikel ini mengkaji dinamika hubungan antara tradisi dan modernitas dalam masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, sebuah komunitas adat Sunda di Jawa Barat yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya leluhur di tengah derasnya arus globalisasi. Menggunakan pendekatan etnografi, penelitian ini mengeksplorasi bentuk-bentuk adaptasi kultural yang dilakukan masyarakat Ciptagelar dalam merespons masuknya unsur-unsur modern, khususnya dalam bidang teknologi, informasi, dan media. Dalam konteks ini, masyarakat Ciptagelar tidak serta-merta menolak modernitas, tetapi melakukan proses seleksi yang ketat berdasarkan prinsip-prinsip adat, nilai-nilai lokal, serta kearifan kolektif yang diwariskan secara turun-temurun. Pemanfaatan teknologi seperti pembangkit listrik mikrohidro, radio komunitas (Radio Swara Ciptagelar), dan dokumentasi digital terhadap berbagai aspek budaya menjadi contoh konkret dari upaya masyarakat dalam mentransformasikan modernitas agar selaras dengan sistem nilai tradisional. Teknologi digunakan bukan untuk menggantikan budaya lokal, melainkan sebagai alat pelestarian dan penguatan identitas budaya. Kehadiran perangkat modern tidak lantas mengikis nilai gotong royong, musyawarah, dan keselarasan dengan alam yang menjadi inti kosmologi masyarakat Ciptagelar. Fenomena ini mencerminkan konstruksi “modernitas lokal”, yakni suatu bentuk modernitas yang terinternalisasi dan dimaknai ulang melalui lensa budaya lokal. Temuan ini memberikan kontribusi penting bagi kajian antropologi budaya, khususnya dalam memahami bagaimana komunitas tradisional dapat mempertahankan keberlanjutan identitas budaya sambil tetap terbuka terhadap perubahan di era global.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025