Pendidikan dan pelatihan militer yang dilakukan di Pusat Pendidikan Artileri Medan (Pusdik Armed), melibatkan berbagai aktivitas fisik dan latihan yang intens. Salah satu aktivitas yang dilakukan dalam pelatihan militer adalah latihan menembak menggunakan Meriam Howitzer 105. Selama latihan menembak, suara yang dihasilkan oleh Meriam tersebut bisa sangat keras dan berpotensi memengaruhi fungsi pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan fungsi pendengaran sebelum dengan sesudah latihan menembak Meriam Howitzer 105 yang dilakukan oleh Siswa Pusdik Armed. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional. Pada penelitian ini melibatkan 100 Siswa Pusdik Armed berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 18–22 tahun dan sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode dalam pengambilan responden penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Instrumen pada penelitian ini menggunakan data kuesioner dan data audiogram. Gambaran audiogram sebelum latihan menembak 100% siswa normal. Gambaran audiogram sesudah latihan menembak 2% siswa mengalami gangguan dengar sensorineural derajat sedang auris dextra dan 2% gangguan dengar sensorineural derajat sedang auris sinistra. Perbandingan gambaran audiogram sebelum dan sesudah latihan menembak terdapat peningkatan kejadian gangguan dengar sesudah dilakukan latihan menembak tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan gambaran audiogram sebelum latihan menembak dengan sesudahnya melalui Uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,157 (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada peningkatan kejadian gangguan dengar namun tidak terdapat perbedaan fungsi pendengaran sebelum dan sesudah latihan menembak Meriam Howitzer 105 pada Siswa Pusdik Armed yang dinilai dengan menggunakan gambaran audiogram. Kata kunci: audiometri, fungsi pendengaran, Howitzer 105 DOI : 10.35990/mk.v8n0.p25-34
Copyrights © 2024