Pendidikan karakter merupakan salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral, etika, dan kepribadian yang baik. Di tengah tantangan degradasi moral, penyimpangan perilaku, dan krisis identitas yang semakin marak pada anak usia sekolah dasar, kegiatan ekstrakurikuler hadir sebagai sarana strategis untuk menanamkan nilai-nilai karakter secara kontekstual dan aplikatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kegiatan ekstrakurikuler dalam membentuk karakter siswa sekolah dasar, mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang dikembangkan, serta mengevaluasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasinya. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung terhadap kegiatan ekstrakurikuler, wawancara mendalam dengan guru pembina, kepala sekolah, siswa, dan orang tua, serta studi dokumentasi terhadap perencanaan dan laporan kegiatan sekolah. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV hingga VI dari lima sekolah dasar di wilayah urban dan rural yang memiliki program ekstrakurikuler aktif dan beragam. Analisis data dilakukan secara induktif dengan cara reduksi data, kategorisasi tematik, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler secara signifikan mampu mengembangkan nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, kedisiplinan, kerja sama, kejujuran, kepedulian sosial, dan semangat kebangsaan. Kegiatan seperti pramuka, olahraga, seni budaya, dan kerohanian memberikan ruang nyata bagi siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung, berinteraksi dengan teman sebaya, dan menghadapi tantangan secara aktif. Guru pembina yang berperan sebagai teladan moral, dukungan manajemen sekolah, serta partisipasi orang tua berkontribusi besar dalam keberhasilan kegiatan ini.Namun demikian, terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui ekstrakurikuler, seperti kurangnya alokasi waktu, keterbatasan sumber daya manusia yang terlatih dalam pembinaan karakter, belum adanya integrasi sistem evaluasi karakter yang sistematis, serta kurangnya pemahaman stakeholder terhadap pentingnya karakter dalam kegiatan non-akademik. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kebijakan sekolah yang integratif, pelatihan kompetensi guru pembina, serta pelibatan komunitas dan orang tua dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan ekstrakurikuler. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrakurikuler tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap kegiatan belajar mengajar, tetapi harus menjadi bagian integral dari kurikulum berbasis karakter. Sekolah dasar perlu merancang program ekstrakurikuler yang berorientasi pada pembentukan profil pelajar Pancasila yang mencerminkan nilai-nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Penelitian ini memberikan kontribusi konseptual dan praktis bagi pengembangan kebijakan pendidikan karakter di tingkat sekolah dasar.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025