Sepsis merupakan kondisi mengancam jiwa yang terjadi akibat adanya penurunan fungsi organ yang berkaitan dengan infeksi. Salah satu terapi yang diberikan pada awal diagnosis sepsis dan menentukan keberhasilan terapi selanjutnya adalah pemberian antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat berkaitan dengan kejadian resistensi dan dapat menyebabkan peningkatan keparahan penyakit, peningkatan biaya perawatan, komplikasi dan bahkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik empiris pada pasien sepsis di ICU. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cohort retrospectiive. Subyek penelitian ini didapatkan dari data rekam medik pasien dengan diagnosis sepsis yang dirawat di ICU RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pada Januari 2019 – Agustus 2024. Evaluasi antibiotik dilakukan secara kualitatif dan dikaji berdasarkan literatur dengan metode Gyssens. Hasil penelitian ini adalah 123 pasien dengan 192 regimen antibiotik empiris. Antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah ceftriaxone (37,5%) dengan indikasi penyebab sepsis terbanyak adalah pneumonia (76,6%). Hasil analisis gyssens terdapat 134 regimen (69,8 %) yang tepat dan 58 regimen (30,2%) dinilai tidak tepat dengan kategori V (tidak ada indikasi penggunaan antibiotik) sebanyak 10 kasus (5,2%), kategori IVa (ada antibiotik lain yang lebih efektif) sebanyak 25 kasus (13,0%), kategori IIIa (durasi pemberian terlalu panjang) sebanyak 14 kasus (7,3%), kategori IIIb (durasi pemberian terlalu singkat) sebanyak 3 kasus (1,6%), kategori IIa (dosis tidak tepat) sebanyak 5 kasus (2,6%) dan kategori IIb (interval tidak tepat) sebanyak 1 kasus (0,5%). Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik secara tepat dan rasional perlu ditingkatkan.
Copyrights © 2025