Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kompleks di Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi, tetapi juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran dukungan sosial dalam pengasuhan balita stunting di Nagari Tanjung, Sumatera Barat. Pendekatan yang digunakan adalah mixed methods dengan desain explanatory sequential. Tahap kuantitatif melibatkan 47 pengasuh balita stunting melalui survei terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam untuk mengeksplorasi pengalaman subjektif pengasuh dalam menerima dan memanfaatkan dukungan sosial. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square untuk menguji hubungan antarvariabel dan thematic analysis untuk menggali tema-tema kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dan kader Posyandu menjadi aktor utama pemberi dukungan sosial, sementara keterlibatan ayah dalam pengasuhan masih terbatas akibat tekanan ekonomi dan kuatnya norma budaya patriarki. Pengasuh menghadapi beragam hambatan, seperti akses terbatas terhadap pangan bergizi, kurangnya stimulasi perkembangan anak, serta rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan. Dukungan sosial dari komunitas juga masih bersifat sporadis dan belum terstruktur secara berkelanjutan.Pemerintah memiliki peran strategis dalam membangun ekosistem intervensi berbasis komunitas, termasuk melalui program pendampingan dan pemberdayaan kader. Meskipun bantuan sosial seperti PKH dan BPNT telah disalurkan, upaya edukasi pola asuh masih belum mencapai efektivitas yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan program yang lebih intensif untuk mendorong keterlibatan ayah, meningkatkan keterampilan ekonomi keluarga, serta memperkuat peran komunitas sebagai jaringan dukungan sosial dalam pengasuhan anak stunting.
Copyrights © 2025