Budaya keselamatan dapat terbentuk dengan adanya faktor pembentuk budaya keselamatan. Berdasarkan hasil pra survey di RSUD X terjadi peningkatan kasus kecelakaan kerja selama 3 tahun terakhir Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh tim PPI dan PMKP kasus tersebut terjadi karena prosedur yang tidak dijalankan seperti tidak menggunakan alat pelindung diri, terburu-buru ketika bekerja membuang jarum suntik bekas pakai tidak pada tempatnya, kompetensi petugas yang kurang diperbaharui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor pembentuk budaya keselamatan terhadap safety behavior. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 146 dengan total sampel sebanyak 107 responden yang diperoleh menggunakan tekniks imple random sampling. Analisa data terdiri dari univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil diketahui terdapat hubungan antara komitmen manajemen, peraturan dan prosedur, keterlibatan pekerja dalam K3, kompetensi dan lingkungan social pekerja terhadap safety behavior. Hasil diketahui tidak terdapat hubungan antara komunikasi terhadap safety behavior. Saran yang diberikan manajemen rumah sakit mensosialisasikan kembali bahwa rumah sakit memiliki komite K3 RS serta ketua komite K3 RS melakukan advokasi kepada direktur rumah sakit melalui pertemuan mingguan dalam rangka mendapatkan komitmen dari semua pemangku kebijakan dan pelaksana kebijakan bahwa masalah keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kewajiban bersama.
Copyrights © 2025