Transformasi simbol negara dalam seni rupa kontemporer membuka ruang dialog baru untuk memaknai nilai-nilai kebangsaan. Penelitian ini mengkaji reinterpretasi simbol Garuda dalam tiga karya Putu Sutawijaya pada pameran "Lelampah" pada tahun 2023 yang menunjukkan transformasi dari simbol kenegaraan menjadi representasi humanistik. Menggunakan metode deskriptif kualitatif-interpretatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirce, tiga karya - "Gaja-Kaccapa," "Cak Amerta," dan "Menjaga #2" dikaji secara mendalam. Melalui analisis tingkatan tanda Peirce, ditemukan bahwa transformasi ikon Garuda (bentuk visual) menjadi indeks (gestur dan komposisi figur) menghasilkan simbol baru yang merepresentasikan nilai-nilai Pancasila: kemanusiaan yang adil dan beradab dalam "Gaja-Kaccapa" melalui figur yang merangkul, demokrasi dalam gestur meditatif "Cak Amerta", serta persatuan Indonesia dalam komposisi figur yang saling bertautan pada "Menjaga #2". Hasil pembacaan semiotik ini menunjukkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah nilai yang hidup dan perlu dipraktikan melalui interaksi dan hubungan antarmanusia, tidak sekadar semboyan formal negara.
Copyrights © 2025