Penelitian ini bertujuan mengungkap peran keterbukaan diri (self-disclosure) dalam dinamika komunikasi keluarga broken home, khususnya pada keluarga tanpa figur ayah (fatherless) di Kota Sibolga Sambas. Menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis, penelitian melibatkan lima orang tua tunggal dan lima anak melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ibu sebagai orang tua tunggal berusaha membangun kedekatan emosional, keterbukaan diri anak tidak selalu terwujud dengan sehat. Anak-anak sering mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan akibat trauma, kurangnya validasi emosional, dan hubungan keluarga yang tidak seimbang. Banyak dari mereka mencari pelarian emosional di luar keluarga dan membentuk mekanisme perlindungan diri yang tertutup. Ketidakhadiran ayah berdampak pada pembentukan identitas diri dan kemampuan menjalin hubungan sosial. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi dalam keluarga broken home sangat bergantung pada terciptanya ruang aman bagi anak untuk terbuka. Hambatan self-disclosure mencerminkan adanya gangguan emosional yang dapat memengaruhi perkembangan psikososial anak dalam jangka panjang.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025