Hadis Nabi Muhammad SAW bukan sekadar teks yang dibaca secara literal, melainkan mengandung makna mendalam yang perlu dipahami dengan kepekaan bahasa, terutama saat terdapat ungkapan majazi atau kiasan. Tulisan ini berfokus pada kajian makna hadis yang menyebut frasa “panjang tangan,” yang jika dipahami secara harfiah dapat menimbulkan kesalahpahaman. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan mengkaji isi matan hadis melalui kajian literatur klasik bahasa Arab dan syarah hadis sebagai sumber utama. Analisis ini menegaskan bahwa pemahaman terhadap majaz dalam matan hadis bukanlah sekadar pilihan, melainkan hal yang sangat krusial agar pesan Nabi dapat tersampaikan dengan tepat sesuai maksud dan tujuan sebenarnya. Pemahaman yang keliru terhadap ungkapan kiasan tersebut berpotensi menimbulkan interpretasi yang menyimpang, bahkan dapat berimplikasi pada kesalahan dalam penerapan hukum dan nilai-nilai Islam. Studi ini mengajak pembaca untuk lebih cermat dan teliti dalam menelaah bahasa agama yang sering kali menggunakan gaya bahasa figuratif sebagai alat komunikasi efektif dalam konteks sosial dan budaya pada masa Nabi SAW. Dengan demikian, pendekatan kebahasaan yang menyoroti aspek majazi menjadi salah satu metode penting dalam studi hadis, terutama untuk menghindari tafsir literal yang sempit dan memahami pesan agama secara utuh dan kontekstual. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan metodologi pemahaman hadis yang lebih kritis dan komprehensif dalam kajian keislaman kontemporer.
Copyrights © 2025