Tradisi Mandi Kasai merupakan salah satu praktik budaya yang telah lama melekat dalam masyarakat Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Namun, seiring perkembangan zaman, makna dan fungsi tradisi ini mengalami pergeseran yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendekonstruksi makna dan menelusuri transformasi Tradisi Mandi Kasai dalam konteks masyarakat Lubuklinggau. Melalui pendekatan dekonstruksi, penelitian ini mengkritisi narasi dominan yang melekat pada tradisi tersebut, serta mengungkap konstruksi sosial, politik, dan budaya yang membentuknya. Data dikumpulkan melalui studi literatur, wawancara mendalam dengan tokoh adat, dan observasi partisipatif terhadap pelaksanaan tradisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Mandi Kasai awalnya memiliki makna sakral sebagai bagian dari ritual penyucian diri dan penghormatan terhadap leluhur. Namun, dalam perkembangannya, tradisi ini mengalami transformasi makna akibat pengaruh modernisasi, globalisasi, dan perubahan nilai-nilai masyarakat. Dekonstruksi terhadap tradisi ini mengungkap bahwa beberapa aspek Mandi Kasai telah direkonstruksi untuk kepentingan tertentu, seperti pelestarian budaya dan pariwisata. Selain itu, tradisi ini juga menjadi alat legitimasi kekuasaan bagi elite lokal yang berusaha mempertahankan pengaruhnya di tengah masyarakat. Penelitian ini juga menemukan bahwa transformasi makna Mandi Kasai membuka ruang bagi reinterpretasi dan inovasi tradisi agar lebih relevan dengan nilai-nilai modern, seperti inklusivitas dan kesetaraan gender. Meskipun demikian, tantangan tetap ada, terutama dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya asli dan adaptasi terhadap perubahan sosial. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika tradisi lokal di tengah arus modernisasi, serta menawarkan perspektif kritis tentang bagaimana tradisi dapat bertransformasi tanpa kehilangan esensi kulturalnya.
Copyrights © 2025