ABSTRAKKeberagaman suku, agama, dan budaya di Indonesia merupakan potensi sekaligus tantangan dalam menjaga harmoni sosial. Desa Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran, mencerminkan hal ini dengan masyarakat multikultural yang menjunjung falsafah Nengah Nyappur dalam Piil Pesenggiri. Penelitian ini menganalisis internalisasi falsafah tersebut dalam menjaga kerukunan sosial menggunakan teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann dengan pendekatan kualitatif fenomenologi melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses konstruksi sosial berlangsung dalam tiga tahap. Pada eksternalisasi, nilai Nengah Nyappur diekspresikan dalam tradisi adat seperti Begawi dan Bejuluk Beadek yang menciptakan interaksi sosial. Objektivasi terjadi ketika nilai-nilai tersebut dilembagakan dalam struktur sosial dan simbol budaya. Internalisasi berlangsung melalui pendidikan informal dalam keluarga dan interaksi sosial yang membentuk toleransi dan kerja sama. Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa proses konstruksi sosial dalam falsafah Nengah Nyappur efektif menjaga harmoni sosial di masyarakat multikultural dan dapat diterapkan di wilayah lain untuk mendukung keberagaman sosial di Indonesia.Kata Kunci: Nengah Nyappur; Piil Pesenggiri; kerukunan antar suku; multikultural ABSTRACTThe diversity of ethnicity, religion and culture in Indonesia is both a potential and a challenge in maintaining social harmony. Negeri Sakti Village, Pesawaran Regency, reflects this with a multicultural society that upholds the philosophy of Nengah Nyappur in Piil Pesenggiri. This research analyzes the internalization of the philosophy in maintaining social harmony using Berger and Luckmann's social construction theory with a qualitative phenomenological approach through observation, interviews, and documentation studies. The results show that the social construction process takes place in three stages. In externalization, the value of Nengah Nyappur is expressed in customary traditions such as Begawi and Bejuluk Beadek that create social interactions. Objectivation occurs when these values are institutionalized in social structures and cultural symbols. Internalization takes place through informal education in the family and social interactions that form tolerance and cooperation. The conclusion of this study confirms that the social construction process in the philosophy of Nengah Nyappur is effective in maintaining social harmony in a multicultural society and can be applied in other regions to support social diversity in IndonesiaKeywords: Nengah Nyappur; Piil Pesenggiri; inter-ethnic harmony; multicultural
Copyrights © 2025