Kesenjangan sosial ekonomi telah menciptakan perbedaan signifikan dalam pola konsumsi, terutama dalam pengambilan keputusan pembelian makanan. Konsumen dari kelompok berpendapatan rendah (SES rendah) sering dihadapkan pada dilema antara memilih makanan yang sehat, lezat, atau mengenyangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana konsumen SES rendah memaknai dan memprioritaskan atribut produk, khususnya rasa, kesehatan, dan kepuasan (kekenyangan), dalam proses konsumsi sehari-hari. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologis, data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur terhadap dua belas informan yang berdomisili di kawasan urban miskin. Analisis tematik dilakukan untuk mengidentifikasi pola makna yang muncul dari narasi partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa menjadi atribut paling dominan karena memberikan kepuasan emosional dan sosial. Sementara itu, kesehatan dianggap penting namun bersifat sekunder, dan sering kali ditunda dalam pengambilan keputusan. Kepuasan atau kekenyangan diposisikan sebagai kebutuhan mendesak yang menjadi parameter utama dalam mengevaluasi manfaat makanan. Temuan ini mendukung teori heuristik “sehat = tidak enak” dan menunjukkan bahwa preferensi konsumsi di kalangan SES rendah sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososial dan keterbatasan sumber daya. Implikasi teoretis dan praktis dari studi ini mendorong pengembangan strategi pemasaran sosial dan desain produk yang lebih inklusif, dengan menyesuaikan pesan, kemasan, dan citra produk agar selaras dengan preferensi nyata konsumen berpenghasilan rendah.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025