Skizoanalisis sebagai pendekatan reflektif untuk memahami kebohongan dalam lanskap komunikasi kontemporer. Berbeda dengan kerangka moralistik atau rasional-objektif, skizoanalisis yang dikembangkan Gilles Deleuze dan Félix Guattari memandang kebohongan sebagai bagian dari produksi hasrat (desiring production) yang beroperasi dalam medan simbolik dan sosial yang kompleks. Kebohongan bukan semata tindakan etis individual, melainkan gejala dari dialog ilusif yang diproduksi oleh bahasa, kekuasaan, dan struktur afeksi. Dengan mengacu pada konsep tipologis kebohongan Joseph Bryant, white lies, black lies, red lies, dan grey lies menyatakan kebohongan memiliki dimensi politis, kultural, dan psikososial yang tidak bisa direduksi pada oposisi biner benar–salah. Skizoanalisis membuka kemungkinan untuk keluar dari batas-batas sempit seperti dalam pemahaman postmodern. Hasrat akan kebebasan, dalam kerangka ini, seringkali justru terjebak dalam repetisi wacana dan struktur institusional yang mengekang. Skizoanalisis menantang formasi ini dengan menawarkan kebebasan, memilih secara etis, di mana kebohongan dapat dibaca sebagai bentuk hasrat untuk bebas atau melalui dialog ilusif, atas maya dan nyata. Melalui komunikasi reflektif, penelitian teoritis ini mengusulkan cara pandang baru terhadap kebohongan bukan sebagai penyimpangan moral, melainkan sebagai pintu masuk untuk memahami relasi kuasa, bahasa, dan subjektivitas dalam masyarakat kontemporer. Kata kunci: skizoanalisis, kebohongan, komunikasi reflektif, postmodernisme
Copyrights © 2023