Artikel ini bertujuan memperlihatkan keragaman dan persaingan gagasan budaya pupuler islami dalam ranah eksistensi identitas Generasi Milenial. Di Indonesia, budaya pupuler islami kerap tampil dalam segmen masyarakat urban yang selalu mengakomodasikan, merundingkan dan mendefinisikan ulang modernitas dalam berbagai bentuk aktivitas keislaman yang visual-seremonial. Secara khusus, kita dapat melihat bagaimana kecenderungan Generasi Milenial yang tinggal di perkotaan berakrobat dengan menggunakan tiga jurus sekaligus; menjadi Muslim taat dengan berbagai identitas religius yang berpegang pada landasan moralitas, menjadi warga negara terhormat yang bertanggungjawab, dan menjadi anggota komunitas produsen-konsumen berskala global. Identitas dan eksistensi menjadi corak bagaimana Generasi Milenial mendaur ulang pandangan keislamannya. Secara mekanis, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun objek penelitian adalah komunitas hijrah Yuk Ngaji regional Lampung. Hasilnya menemukan bahwa eksistensi komunitas hijrah Yuk Ngaji ditopang oleh tiga faktor utama yaitu kemampuan memilih pasar dakwah, faktor bahasa sebagai alat konfirmasi dan peran figuritas sebagai magnet. Selain itu, penggunaan media digital baru menjadikan aktivitas hijrah di kalangan Generasi Milenial kian eksis.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021