Fenomena fatherless di Indonesia semakin memprihatinkan, menempatkan Indonesia pada peringkat ketiga di dunia dengan jumlah anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah. Kondisi ini memicu berbagai dampak psikologis dan sosial, termasuk meningkatnya perilaku kenakalan remaja akibat lemahnya kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kenakalan pada remaja akhir yang mengalami fatherless. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian adalah remaja berusia 18-21 tahun yang pernah melakukan kenakalan di masa sekolah menengah. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner daring dan luring dengan uji validitas dan reliabilitas yang memadai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kontrol diri dengan kenakalan remaja (r = 0,548; p < 0,05). Semakin rendah kontrol diri, semakin tinggi perilaku kenakalan. Analisis dimensi juga menunjukkan bahwa baik inhibisi maupun inisiasi kontrol diri berhubungan signifikan dengan berbagai bentuk kenakalan seperti pelanggaran terhadap orang, status, dan benda. Uji regresi menunjukkan kontrol diri mempengaruhi kenakalan remaja sebesar 39%. Selain itu, faktor demografis seperti usia, domisili, status orang tua, dan persepsi hubungan dengan ayah juga berpengaruh signifikan terhadap perbedaan kontrol diri dan tingkat kenakalan. Kesimpulannya, fatherless berpotensi menurunkan kontrol diri yang memicu kenakalan. Implikasi penelitian ini menekankan pentingnya peran keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam mendukung penguatan kontrol diri remaja yang kehilangan figur ayah agar dapat menekan potensi kenakalan. Penelitian ini diharapkan menjadi landasan intervensi preventif yang relevan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja di Indonesia.
Copyrights © 2025