Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Meskipun pengobatan TB dinyatakan berhasil secara klinis, banyak penyintas TB tetap mengalami dampak jangka panjang yang signifikan, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Salah satu tantangan utama yang dihadapi penyintas TB adalah stigma dari masyarakat yang dapat memperburuk kualitas hidup dan menghambat proses pemulihan. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara sistematis dampak stigma masyarakat terhadap kondisi sosial, klinis, dan psikologis penyintas TB serta pengaruhnya terhadap kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) dengan pendekatan PRISMA. Data dikumpulkan dari empat basis data ilmiah (Google Scholar, PubMed, Semantic Scholar, dan Science Direct) dengan rentang tahun 2020–2025. Dari total 150 artikel yang ditemukan, delapan artikel dipilih setelah melalui proses penyaringan dan penilaian kelayakan. Sintesis data menunjukkan bahwa stigma terhadap TB muncul dalam berbagai bentuk, termasuk pengucilan sosial, diskriminasi, dan hambatan dalam mengakses layanan kesehatan. Stigma berdampak negatif terhadap kepatuhan pasien terhadap pengobatan, menurunkan keberhasilan terapi, serta meningkatkan beban psikologis seperti kecemasan, rasa malu, dan ketakutan. Perempuan dan kelompok dengan pendidikan rendah merupakan pihak yang paling terdampak. Selain itu, tidak tersedianya kebijakan rehabilitasi pasca-TB secara komprehensif memperburuk kondisi penyintas. Penanganan TB harus mencakup pendekatan multidimensi yang melibatkan edukasi masyarakat, dukungan psikososial, serta penguatan kebijakan berbasis bukti guna mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup penyintas TB.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025