Abstrak. Urbanisasi pesat di Kota Makassar telah mendorong alih fungsi lahan vegetasi menjadi lahan terbangun, yang berdampak pada peningkatan suhu permukaan dan pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan penggunaan lahan dalam konteks pengembangan kota pintar terhadap suhu permukaan dan konsentrasi nitrogen dioksida (NO₂). Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG), penelitian ini memetakan perubahan lahan dan distribusi spasial suhu serta NO₂ berdasarkan citra satelit Sentinel-5P dan pengolahan dengan Quantum GIS. Hasil menunjukkan bahwa kategori lahan non vegetasi mendominasi (12.003,5 Ha dari total 17.459,69 Ha), dan berasosiasi kuat dengan suhu permukaan tinggi (hingga 37°C) serta konsentrasi NO₂ tertinggi (7,83 mol/m³), terutama pada kawasan lahan terbangun. Temuan ini menegaskan bahwa manajemen lahan yang tidak memperhatikan keseimbangan ekologis dalam kota pintar berisiko memperburuk kualitas lingkungan. Implikasi penelitian ini penting untuk kebijakan perencanaan tata ruang yang berkelanjutan dan berbasis mitigasi polusi udara. Abstract. Rapid urbanization in Makassar City has driven the conversion of vegetated areas into built-up land, contributing to increased surface temperatures and air pollution. This study aims to analyze the impact of land-use changes within the smart city development framework on surface temperature and nitrogen dioxide (NO₂) concentration. A quantitative approach was employed using remote sensing technology and Geographic Information Systems (GIS) to map land-use changes and the spatial distribution of temperature and NO₂ based on Sentinel-5P satellite imagery processed with Quantum GIS. The results reveal that non-vegetated land dominates (12,003.5 hectares out of a total of 17,459.69 hectares), and is strongly associated with higher surface temperatures (up to 37°C) and the highest NO₂ concentrations (7.83 mol/m³), particularly in built-up areas. These findings highlight that land management practices in smart cities that neglect ecological balance may worsen environmental quality. The implications of this research are significant for urban spatial planning policies that prioritize sustainability and air pollution mitigation.
Copyrights © 2025