Adanya keterlambatan yang cukup berarti pada dua atau lebih domain perkembangan merupakan diagnostik untuk Keterlambatan Perkembangan Global (GDP). Hingga tahun 2016, 7.512,6 dari 100.000 anak Indonesia (7,51%) mengalami keterlambatan atau gangguan perkembangan. Data ini dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tujuan penelitian ntuk mengetahui faktor risiko pada anak dengan keterlambatan perkembangan global. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian di RSUD dr.H.Abdoel Moeloek pada bulan Desember 2023 sampai bulan Februari 2024. Populasi seluruh anakj dengan kbatan perkembangan global yang menjalani terapi dibagian tumbuh kembang anak, dengan sampel 42 responden, dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Hasil penelitian faktor usia paling tinggi usia 21-40 bulan sebanyak 36 responden (42,9%), faktor jenis kelamin paling banyak perempuan sebanyak 46 responden (54,8%), faktor resiko kejadian Asfiksia sebanyak 64 responden (76,2%), faktor resiko kejadian sepsis yang paling banyak tidak sepsis sebanyak 45 responden (53,6%), faktor resiko kejadian hipotiroid sebanyak 60 responden (71,4%). Kesimpulan Diketahui ada hubungan antara asfiksia p-value (0,01) , sepsis p-value (0,016), dan hipotirod kongenital p-value (0,016) terhadap kejadian keterlambatan perkembangan global.
Copyrights © 2025