Budaya merupakan faktor identitas negara yang menjadi panduan perilaku masyarakat untuk berkembang dan mewariskannya ke generasi selanjutnya. Semakin berkembangnya zaman, budaya Indonesia lambat laun memudar akibat masuknya budaya barat yang lebih modern dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mewariskan nilai – nilai budaya. Dalam ranah arsitektur, hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk kontribusi pelestarian budaya, khususnya kepada generasi muda adalah dengan menerapkan nilai – nilai budaya ke dalam desain bangunan. Pendekatan konsep yang dapat dilakukan untuk menggabungkan budaya dan desain bangunan adalah dengan pendekatan sense of place. Oleh karena itu, terciptalah konsultan Luh Aditya Architect dengan pendekatan konsep sense of place budaya Tri Hita Karana-Tri Loka yang digabungkan dengan budaya daerah tempat proyek dibuat. Pendekatan ini memiliki maksud untuk melestarikan filosofi budaya (adat istiadat kebiasaan, makna budaya) ke dalam desain yang tak lepas dari terciptanya suasana harmonis dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan. Rancangan proyek yang akan menerapkan konsep sense of place budaya ini adalah museum dan sanggar tari Bali. Pembuatan desain bertujuan meningkatkan dan melestarikan budaya tari dan musik tradisional Bali kepada masyarakat lokal, khususnya generasi muda Indonesia, maupun mancanegara. Desain harus dapat menyampaikan budaya khas Bali namun tidak terkesan kuno dan monoton. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif.
Copyrights © 2025