Era modern saat ini, praktik pengobatan mandiri semakin sering dilakukan oleh masyarakat untuk menangani keluhan kesehatannya. Umumnya, individu memperoleh obat tanpa resep dari apotek terdekat. Meskipun demikian, penggunaan obat secara mandiri dapat meningkatkan risiko efek samping yang tidak terpantau dengan baik. Kelompok usia lanjut, terutama yang berusia di atas 65 tahun, memiliki kerentanan lebih tinggi terhadap reaksi obat yang merugikan (Adverse Drug Reaction/ADR). Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengeksplorasi praktik pengobatan mandiri pada populasi lansia. Data diperoleh dari basis data Google Scholar dan NCBI dengan strategi pencarian pada MEDLINE menggunakan kata kunci seperti ‘obat bebas’, ‘reaksi obat merugikan’, ‘obat yang diresepkan sendiri’, dan ‘obat tanpa resep’. Artikel yang tidak relevan dikeluarkan dari analisis. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa sebagian besar lansia menggunakan pengobatan mandiri berdasarkan pengalaman pribadi, anggapan bahwa kondisi tidak serius, serta saran dari lingkungan sekitar. Keluhan umum yang diatasi dengan pengobatan mandiri antara lain nyeri perut, sakit kepala, batuk, nyeri sendi, dan demam. Obat yang paling sering digunakan adalah analgesik, yang umumnya diperoleh langsung dari apotek. Meskipun banyak lansia menyadari risiko penggunaan obat tanpa pengawasan medis, konsultasi dengan apoteker dinilai dapat menjadi solusi preventif. Oleh karena itu, keterlibatan apoteker memiliki peranan penting dalam praktik pengobatan mandiri.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025