Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran inklusif di kelas V SD Negeri 5 Pojok Kabupaten Grobogan bagi siswa dengan disleksia belum sepenuhnya diimplementasikan secara efektif. Meskipun sekolah telah menerima siswa dengan kebutuhan khusus termasuk disleksia, guru belum memiliki strategi pembelajaran yang dirancang khusus sesuai karakteristik dan kebutuhan belajar siswa tersebut. Pembelajaran masih bersifat seragam dan belum memperhatikan prinsip diferensiasi dan multisensori yang sangat penting dalam membantu siswa disleksia mengembangkan kemampuan literasi dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menggambarkan secara jelas strategi pembelajaran inklusif yang diterapkan pada siswa berkebutuhan khusus. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru masih menerapkan metode ceramah, membaca bersama, dan tugas menyalin dari papan tulis. Siswa disleksia mengalami kesulitan akademis, kurang percaya diri, dan penarikan diri dari kegiatan sosial. Berdasarkan temuan dan tinjauan literatur, peneliti merekomendasikan strategi seperti metode multisensori, media visual dan digital, pembelajaran individual atau kelompok kecil, pelibatan orang tua dan terapis, serta modifikasi penilaian. Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah kombinasi pembelajaran multisensori dan pengurangan ukuran kelompok kecil yang difasilitasi oleh kolaborasi dengan teman sebaya. Strategi ini realistis diterapkan dalam konteks sekolah dasar dengan sumber daya terbatas dan efektif dalam meningkatkan keterampilan literasi siswa. Dengan strategi yang tepat, siswa disleksia dapat belajar secara optimal, berpartisipasi aktif, dan merasa menjadi bagian dari komunitas belajar yang setara.
Copyrights © 2025