Latar Belakang: Kebisingan mesin kapal, kompresor, dan tekanan air saat menyelam menempatkan nelayan serta penyelam tradisional pada risiko tinggi Noise-Induced Hearing Loss (NIHL). Tujuan: Meringkas bukti ilmiah 2015–2024 tentang hubungan kebisingan dengan gangguan pendengaran dan dampak non-auditori di sektor kelautan serta menilai intervensi yang telah diujikan. Metode: Telaah naratif terhadap 34 artikel (24 nasional; 10 internasional) yang diidentifikasi dalam dokumen. Ekstraksi mencakup desain, sampel, paparan, dan temuan utama. Hasil: Durasi kerja ≥ 10 tahun, intensitas kebisingan > 85 dBA, frekuensi penyelaman tinggi, dan usia > 40 tahun secara konsisten terkait peningkatan ambang dengar hingga tuli sensorineural. Kebisingan juga memicu gangguan fisiologis (hipertensi, kelelahan), psikologis (stres), serta komunikasi. Intervensi edukasi melalui Program Konservasi Pendengaran (PKP) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengukur kebisingan. Sistem alarm berbasis sensor dan peredam mesin tradisional menurunkan intensitas 5–10 dB namun adopsinya masih terbatas. Kesimpulan: Kebisingan merupakan determinan utama gangguan pendengaran pada pekerja kelautan. Edukasi, hearing-protection devices (HPD), rekayasa akustik, serta kebijakan K3 spesifik sektor perikanan dibutuhkan untuk perlindungan berkelanjutan.
Copyrights © 2025