Tradisi pawai Ogoh-Ogoh di Desa Adat Kuta, Bali, merupakan representasi dinamika sosial budaya masyarakat Bali dalam menjaga identitas lokal di tengah arus globalisasi dan pariwisata. Awalnya bersifat sakral, kini ogoh-ogoh mengalami transformasi makna menjadi medium kritik sosial, ekspresi budaya, hingga simbol partisipasi generasi muda. Melalui pendekatan interaksionisme simbolik dan performativitas budaya, penelitian ini menunjukkan bahwa makna ogoh-ogoh dibentuk melalui interaksi sosial dan kontekstualisasi nilai. Peran Sekaa Teruna Teruni (STT) sangat sentral, baik dalam pembuatan, tema, maupun inovasi ekologis dan visual. Fenomena glokalisasi tercermin dari integrasi nilai lokal dengan pengaruh global, termasuk keterlibatan perempuan dan komunitas non-Hindu. Tradisi ini bukan hanya media pelestarian budaya, tetapi juga arena negosiasi identitas, resistensi terhadap komodifikasi, dan regenerasi nilai-nilai kultural.
Copyrights © 2025