Perkembangan industri kosmetik di Indonesia semakin pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai strategi pemasaran inovatif. Salah satunya adalah kolaborasi antara Azarine dengan Marvel dalam kampanye “Azarine x Marvel Limited Edition” yang menggunakan brand ambassador laki-laki. Strategi ini menjadi menarik karena skincare selama ini identik dengan perempuan, sementara kehadiran BA laki-laki dianggap sebagai upaya mendobrak stereotip gender. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana audiens memaknai kolaborasi brand Azarine dan Marvel serta penerimaan mereka terhadap penggunaan brand ambassador laki-laki dalam iklan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interpretatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap sepuluh mahasiswa (lima laki-laki dan lima perempuan) serta satu ahli periklanan, dengan menggunakan teori Stuart Hall dan peran brand ambassador dalam pemasaran. Hasil menunjukkan enam informan berada pada posisi dominan, tiga pada posisi negosiasi, dan satu pada posisi oposisi. Penelitian ini menegaskan bahwa strategi komunikasi Azarine mampu membangun citra produk yang inklusif dan menarik bagi audiens muda. Temuan juga memperkuat teori Stuart Hall bahwa audiens memiliki kebebasan dalam memaknai pesan sesuai pengalaman dan preferensi masing-masing, serta menegaskan pentingnya peran brand ambassador dalam membangun kredibilitas produk. Temuan ini penting bagi industri untuk merancang strategi komunikasi yang lebih adaptif dan representatif.
Copyrights © 2025