Tanah longsor merupakan bencana alam yang sulit diprediksi kapan serta di mana akan terjadi, sehingga sering menimbulkan kerugian. Daerah Donorejo dan sekitarnya, telah tercatat sebanyak 92 kejadian tanah longsor sepanjang tahun 2024 (BPBD DIY, 2024). Penyebab utama tanah longsor di daerah tersebut adalah curah hujan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan, dilakukan pemetaan kerentanan tanah longsor dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Salah satu metode yang digunakan adalah metode frequency ratio, yaitu metode yang menganalisis hubungan antara kejadian tanah longsor dengan parameter pengontrolnya. Metode ini diterapkan menggunakan sistem informasi geografis (GIS) serta beberapa data seperti peta geologi dan lainnya. Data tersebut digunakan untuk memetakan parameter seperti jenis batuan, buffer sungai dan struktur, tata guna lahan, kemiringan lereng, dan stream density. Seluruh parameter diubah ke format raster 30x30 meter dan di-overlay untuk menghasilkan nilai Landslide Hazard Index (LHI), yang diklasifikasikan ke dalam lima zona kerentanan: tidak rentan, sedikit rentan, cukup rentan, rentan, dan sangat rentan. Hasil analisis menunjukkan bahwa satuan batuan memberikan pengaruh paling besar terhadap model. Model ini kemudian dievaluasi dengan metode AUC, menghasilkan nilai akurasi sebesar 76,9%, yang menunjukkan bahwa model ini cukup efektif untuk mitigasi bencana longsor di wilayah penelitian
Copyrights © 2025