Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

SISTEM AKUIFER DAN CADANGAN AIR TANAH DI PROPINSI SULAWESI SELATAN Puji Pratiknyo
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Air tanah sebagai sumberdaya alam tidak dapat terlihat secara langsung karena terdapat di dalam tanah dan batuan tetapi hampir semua penduduk memanfaatkannya baik untuk keperluan domestik maupun industri. Lapisan pembawa air tanah di Propinsi Sulawesi Selatan dapat dikelompokkan menjadi 4 sistem akuifer, yaitu :1. Akuifer dengan aliran air melalui ruang antar butir.2. Akuifer dengan aliran air melalui ruang antar butir dan celahan.3. Akuifer dengan aliran air melalui celahan dan rekahan.4. Akuifer dengan aliran air melalui celahan, rekahan dan saluran.Besar imbuhan air tanah bebas pada cekungan air tanah yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan berkisar 56 – 1.484 juta m3/tahun. Imbuhan air tanah bebas yang terbesar ada pada CAT (Cekungan Air Tanah) Bone-Bone dengan debit 1.484 juta m3/tahun sedangkan imbuhan air tanah bebas terkecil ada pada CAT Sinjai dengan debit 56 juta m3/tahun. Besar debit aliran air tanah tertekan antara 1-10 juta m3/tahun. Debit aliran air tanah tertekan yang terbesar ada pada CAT Bone-Bone dengan debit 10 juta m3/tahun sedangkan debit aliran air tanah tertekan terkecil ada pada CAT Sinjai dengan debit 1 juta m3/tahun.
STUDI GEOLOGI TEKNIK RENCANA BENDUNG KARANG KECAMATAN PATUK, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Puji Pratiknyo
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 2 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di daerah Karang, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul perlu dibangun suatu bendung. Penyelidikan geologi teknik perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi dan sifat keteknikan dari daerah rencana as bendung. Pondasi suatu bendung harus bertumpu pada batuan yang mempunyai daya dukung baik sehingga bangunan bendung tidak akan mengalami deformasi (perubahan posisi) karena faktor teknis, sehingga umur bendung akan lama.Peneylidikan geologi teknik rencana bendung Karang, berdasarkan batuan yang ada dan nilai-nilai keteknikannya menghasilkan bahwa pondasi bendung Karang sebaiknya bertumpu pada batuan yang berupa breksi dengan sisipan batupasir halus. Breksi berada pada kedalaman 3 meter sampai 10 meterKata Kunci : bendung, penyelidikan geologi teknik.
INDIKASI BELUM SIAPNYA PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN PENGELOLAAN AIR TANAH (STUDI KASUS DI KABUPATEN GOWA, SULAWESI SELATAN) Puji Pratiknyo
Jurnal Ilmiah MTG Vol 3, No 2 (2010)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Sejak diimplementasikannya Undang Undang otonomi daerah Tahun 1999 dalam rangka pelaksanaan azas desentralisai, maka dibentuk dan disusunlah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.Pengelolaan air tanah harus berlandaskan pada satuan wilayah cekungan air bawah tanah dan pengelolaan air bawah tanah yang berada dalam satu wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang melintasi wilayah provinsi atau kabupaten/kota ditetapkan oleh masing-masing gubernur atau bupati/walikota berdasarkan kesepakatan bupati/walikota yang bersangkutan dengan dukungan koordinasi dan fasilitasi dari gubernur. Semestinya daerah kabupaten/kota mempersiapkan sumber daya manusia dalam upaya pengelolaan air tanah sesuai dengan bidang keahlian yang ditanganinya. Ketidaksiapan sumber daya manusia dalam pengelolaan air bawah tanah akan berdampak pada penurunan mutu air tanah. Di kabupaten Gowa, belum siapnya sumber daya manusia dalam pengelolaan air bawah tanah diindikasikan dengan tidak adanya tenaga ahli di bidang air tanah dan isi Surat Izin Melakukan Pengeboran Air Tanah yang secara teknis tidak tepat.
PEMETAAN DATA RECHARGE AIR TANAH DI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN Bambang Yuwono; Awang Hendrianto Pratomo; Heru Cahya Rustamaji; Puji Pratiknyo; Mochammad Assofa Indera Jati
Telematika Vol 13, No 2 (2016): Edisi Juli 2016
Publisher : Jurusan Teknik Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/telematika.v13i2.1725

Abstract

Water is a basic need for humans and other living things. Various sources of water on this earth has formed a system of close interaction with the components of living things in it. Over the years, water resources have changed in terms of both quality and quantity. This can be due to population growth in addition to the natural changes in nature. The more narrow field of water absorption followed by high water consumption causes the supply of ground water reserves can be threatened. So, we need a mapping and ground water recharge calculations to assist in the monitoring of groundwater reserves.The method used in this research is the Water Balance (keseimbangan air)method. This method is based on any incoming rain water will be equal to the output evapotranspiration and runoff hereinafter this method is applied in the application. Factors affecting groundwater recharge the water balance method is precipitation, evapotranspiration and run off. Information og groundwater recharge is also displayed on the map using Google Map function are related to the database system to produce informative mapsCalculation of groundwater recharge is applied to the daily rainfall data input into the application which then included in the water balance equation method so it can be easy to determine the value of groundwater recharge. Groundwater recharge information can be displayed in the form of mapping, making them easier to understand visually.Based on testing, the highest recharge results of this research on the Kemput station is 1119,5 mm/year with rainfall of 2750 mm/year. Seyegan and Bronggang station is 1026,25 mm/year with rainfall of 2625 mm/year. Angin-angin and Prumpung station is 933 mm/year with rainfall of 2500 mm/year. Beran and Gemawang station is 839.5 mm/year with rainfall of 2375 mm/year. Plataran station is 808.42 mm/year with rainfall of 2333 mm/year. Godean station is 699.5 mm/year with rainfall of 2187 mm/year and the lowest at Tirto Tanjungand Santan stastion 560 mm / year with rainfall of 2000 mm / year.
Konservasi Mata Air Pancur Dan Sirembes Sebagai Sumber Kebutuhan Air Domestik Di Desa Penungkulan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Ilham Chandra Wijaya; Suharwanto Suharwanto; Puji Pratiknyo
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-I
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.065 KB) | DOI: 10.31315/psb.v1i1.9051

Abstract

Mata air Pancur dan Mata Air Sirembes merupakan sumber air bersih yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Penungkulan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya metode survey (menentukan karakteristik mata air, potensi mata air dan kondisi lapangan secara langsung), metode wawancara (penentuan kebutuhan air penduduk) menggunakan metode random sampling perhitungan rumus Slovin dalam penentuan responden, metode matematik (menghitung kuantitas debit dan penggunaan mata air), metode laboratorium untuk analisi sifat fisik (warna, bau, rasa, dan TDS) mata air, sifat kimia (CL-, BOD, COD, Ca, SO4 , Mg, NO , Fe, pH, CaCO3) mata air, dan sifat biologi (total coliform) mata air dengan acuan Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu Air Bersih, dan metode evaluasi digunakan untuk mengetahui hasil akhir dari analisis mata air seabgai penentuan arahan konservasi di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mata Air Pancur dan Mata air Sirembes termasuk mata air Perenial Spring (mataair menahun). Debit Mata Air Pancur sebesar 0,8948 L/detik dan debit Mata Air Sirembes 0,098 L/detik. Kebutuhan air warga Desa Penungkulan di Tahun 2027 sebesar 9,327 L/detik. Kualitas Mata air Pancur dan Mata Air Sirembes tergolong baik dan sesuai baku mutu kecuali parameter biologi total coliform. Potensi kuantitas mata air Pancur dan mata air Sirembes rendah dan tidak dapat mencukupi kebutuhan air bersih 10 tahun kedepan. Teknik konservasi yang diterapkan yaitu secara vegetatif (penanaman pohon beringin, bambu, dan sukun), secara mekanis (pembuatan teras gulud, pembutan lubang resapan biopori, dan perlindungan mata air).Kata Kunci: karakteristik mata air, konservasi mata air, mata air pancur dan sirembes
Teknik Konservasi Mata Air Untuk Pemenuhan Kebutuhan Sumber Air Domestik Dusun Jatirejo, Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo Dhuhal Islam Agasta; Puji Pratiknyo; Agus Bambang Irawan
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-I
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.855 KB) | DOI: 10.31315/psb.v1i1.9055

Abstract

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting dimanapun berada. Salah satu sumber air yaitu mata air. Di lokasi penelitian terdepat terdapat beberapa mata air yang berpotensi sebagai sumber air yang baik. Dengan adanya permasalahan kekeringan yang melanda setiap tahunnya pada Dusun Jatirejo, Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Kab Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dan potensi mata air yang berada di Dusun Alasombo, besar kebutuhan air yang digunakan dan teknik konservasi guna memenuhi kebutuhan air domestik di Dusun Jatirejo. Metode yang digunakan adalah survey dan pemetaan, pengambilan sampel, analisis laboratorium, dan metode matematis. Pengambilan sampling air mata air berdasarkan metode purposive sampling, pengambilan mata air diambil 3 titik dari 4 mata air. Metode survey lapangan adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data primer. Metode matematis digunakan untuk perhitungan evaluasi dengan menghitung curah hujan, kebutuhan air penduduk, serta debit mata air. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria mata air yang ada di lokasi penelitian berdasarkan tipe mata air yang ada di lokasi penelitian yaitu bertipe Parenial Springs. Berdasarkan debit dari mata air yang ada di lokasi penelitian menunjukkan mata air 1 sebesar 0,12009 L/detik, mata air 2 sebesar 0,05615 L/detik, mata air 3 sebesar 0,06756245 L/detik, dan mata air 4 sebesar 0,045594 L/detik. Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air dari mata air di Dusun Jatirejo tidak yang layak dikonsumsi masyarakat, air dapat dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus dengan suhu 70oC. Arahan teknik konservasi meliputi pembuatan zona perlindungan mata air, pembuatan bak penampung, sistem pendistribusian air, dan penanaman tumbuhan rumput pada daerah imbuhan.Kata Kunci: mata air, kualitas air, konservasi, potensi mata air
KAJIAN PEMANFAATAN DAN TEKNIK KONSERVASI MATA AIR DI DESA GIRIPURWO, KECAMATAN GIRIMULYO, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pradani, Yulanda Kurnia; Pratiknyo, Puji; Yudono, Andi Renata Ade
Jurnal Teknologi Lingkungan UNMUL Vol 7, No 2 (2023): Jurnal Teknologi Lingkungan UNMUL
Publisher : Mulawarman University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtlunmul.v7i2.13362

Abstract

Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup untuk menjalankan segala aktivitas kehidupan. Jumlah manusia yang menggunakan air semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pada lokasi penelitian terdapat tiga mata air yang mempunyai tipe aliran perenial yang terbentuk dari rekahan batuan. Pada saat musim kemarau masyarakat sekitar kesulitan mencari air bersih untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik (sebaran mata air, tipe mata air, dan kualitas air), potensi mata air dalam pemenuhan kebutuhan, dan teknik konservasi yang tepat dalam pengelolaan mata air pada daerah tersebut. Parameter kesesuaian lokasi untuk bangunan tampungan air adalah kemiringan lereng, topografi, bentuklahan, dan penggunaan lahan dengan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Hasil penelitian nilai imbangan air pada sebagian besar padukuhan di lokasi penelitian tidak kritis. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga mata air masih mampu mencukupi kebutuhan air bersih pada lokasi penelitian. Sehingga arahan manajemen mata air yang tepat adalah pembuatan teras individu dan pembuatan bangunan tampungan air berupa embung. Lokasi pembuatan teras individu yaitu berada di daerah hulu (recharge area) pada kemiringan lereng >40% dengan bentuklahan perbukitan dan penggunaan lahan hutan. Bangunan tampungan air berupa embung dengan volume total yang dibutuhkan 129523,8 m3 dengan kedalaman 6 m, lokasi embung berada pada daerah hilir (discharge area) kemiringan lereng 8 hingga 15% dengan bentuklahan dataran dan penggunaan lahan tegalan
Analisis Kestabilan Lereng Disposal Rencana Kerja Desa Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan Ikram, Abdurahman Wal; Pratiknyo, Puji
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.12548

Abstract

Daerah penelitian secara administratif berada di wilayah PT Bukit Asam Tbk Pit “X” Banko Barat Desa Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan yang terletak pada koordinat 369250 – 372250 mT dan 9585250 – 9587250 mU. Analisis geomorfologi terdiri dari bentukasal denudasional (dataran denudasional) dan bentukasal antropogenik (bukaan tambang, timbunan disposal, timbunan batubara, kolam air bekas tambang, dan jalan angkut tambang). Analisis stratigrafi terdiri dari satuan batulempung Muara Enim dan satuan batupasir Muara Enim terendapkan pada lingkungan transitional lower delta plain berumur Miosen Akhir serta timbunan disposal dan timbunan batubara. Struktur sedimen ditemukan masif, perlapisan, dan flaser, sedangkan struktur geologi ditemukan kekar gerus arah tegasan utama relatif barat-barat daya – timur-timur laut. Potensi geologi positif terdapat bahan galian batubara dan pembangkit listrik tenaga uap, sedangkan potensi geologi negatif terdapat air asam tambang, retakan, longsoran, dan polusi. Analisis kestabilan lereng disposal sayatan A – A’, B – B’, dan C – C’; rencana kerja mendapatkan faktor keamanan (1,592; 1,594; dan 1,588), probabilitas kelongsoran (2,018%; 1,0524%; dan 1,2077%), dan estimasi volume (10.476.583,0138 m3; 1.542.205,4146 m3; dan 282.233,8728 m3) dengan rekomendasi optimasi geometri mendapatkan faktor keamanan (1,203; 1,196; dan 1,238), probabilitas kelongsoran (3,9051%; 4,0748%; dan 3,7016%), dan estimasi volume (13.167.079,5176 m3; 2.472.511,9298 m3; dan 843.203,5343 m3).
Tsunami Inundation Modeling and Hazard Mapping Using GIS in Sawarna Beach, Banten Province Arrisaldi, Thema; Bima, Muhammad Amin Arya; Kanya Kirana Ramadhani Nurapita; Pratiknyo, Puji
Dinamika Teknik Sipil: Majalah Ilmiah Teknik Sipil Vol. 18/No. 1/Juli 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/dts.v18i1.10617

Abstract

Tsunamis pose significant hazards to coastal areas, particularly in tectonically active regions like the southern coast of Java. This study models tsunami inundation at Sawarna Beach, Banten Province, using a quantitative spatial analysis approach. By integrating Digital Elevation Model (DEM) data from DEMNAS and land cover data from BIG, a tsunami hazard index is generated through slope analysis, surface roughness coefficients, and cost distance modeling within a GIS framework. The analysis reveals that areas with low surface roughness and gentle slopes are more prone to deep inland tsunami inundation. Vulnerability mapping under simulated tsunami heights (5m, 10m, 15m, and 30m) shows that hazard zones significantly increase with wave height, with the highest exposure at 30m reaching nearly 15 million m². The study underscores the importance of accurate topographic data for disaster mitigation planning and provides essential recommendations for local stakeholders in land use and infrastructure development. These findings serve as a valuable reference for enhancing tsunami preparedness and resilience in coastal communities.
WATER RESOURCES OF SUGAPA INTAN JAYA - PAPUA DISTRICT Pratiknyo, Puji
Journal TECHNO Vol. 6 No. 1 (2020): November
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogayakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/journal techno.v6i1.4221

Abstract

The existence and potential of water resources in the Sugapa District need to be known because the Sugapa District is the capital of Intan Jaya Regency. By conducting geological mapping and research as well as direct measurement of quantity and quality in the field, the results are obtained that springs are the main water resource used by residents in the study area. There are 7 (seven) springs in the Sugapa District which are in difficult morphology, in the form of steep valleys at high elevation (1,749 - 2,273 meters from sea level). Spring water discharge varies (<0.1 - 5.78 liters / second) with a quality that in general the parameters meet the drinking water quality requirements.