Tuberkulosis (TB) masih menjadi tantangan kesehatan kritis di Indonesia, yang menanggung beban TB tertinggi kedua di dunia. Tinjauan ini berfokus pada wilayah metropolitan Jabodetabek, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, di mana kepadatan penduduk yang tinggi memperburuk penularan TB. Meskipun ada upaya pengendalian nasional, insidensi, mortalitas, dan dampak ekonomi yang terus-menerus mengancam sumber daya manusia Indonesia dan tujuan “Indonesia Emas 2045.” Data epidemiologi yang terfragmentasi di seluruh kota menghambat intervensi lokal. Faktor sosial ekonomi, termasuk kemiskinan dan pendidikan, sangat memengaruhi hasil TB. Prioritas penelitian bergeser dari pendekatan biomedis ke kesehatan masyarakat, ilmu implementasi, dan strategi yang berfokus pada komunitas. Alat diagnostik seperti Xpert MTB/RIF kurang dimanfaatkan karena hambatan biaya dan infrastruktur. Kepatuhan terhadap pengobatan terhambat oleh masalah sosial ekonomi dan sistemik. Kesenjangan masih ada dalam data granular, evaluasi kebijakan, koordinasi lintas sektor, dan strategi pengurangan stigma. Penguatan penelitian dan implementasi di seluruh bidang ini sangat penting untuk mencapai eliminasi TB dan memastikan pembangunan berkelanjutan di wilayah paling urban di Indonesia.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025