Epilepsi merupakan gangguan neurologis kronis yang ditandai oleh kejang berulang akibat aktivitas neuronal berlebih. Meskipun obat antiepilepsi sintetis seperti pregabalin, gabapentin, diazepam, dan fenitoin banyak digunakan, efek samping jangka panjang mendorong pencarian alternatif alami yang lebih aman. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas antikonvulsan dari obat sintetis dan ekstrak herbal Centella asiatica (pegagan) menggunakan model kejang akibat striknin pada mencit jantan. Substansi uji diberikan secara oral selama tiga hari, diikuti injeksi striknin intraperitoneal. Parameter yang diamati adalah waktu onset kejang dan waktu hingga kematian (deadtime). Hasil menunjukkan semua perlakuan memiliki efek antikonvulsan dengan variasi efektivitas. Phenytoin menunjukkan waktu onset terlama (rata-rata 1560 detik), sedangkan diazepam memberikan onset cepat namun survival terpendek. Centella asiatica menunjukkan keseimbangan antara onset dan deadtime dengan nilai rata-rata 332 detik dan 127 detik secara berurutan. Analisis statistik (p > 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok, namun Centella asiatica memiliki rasio onset-deadtime yang optimal. Hasil ini mendukung potensinya sebagai alternatif alami yang menjanjikan untuk terapi epilepsi.
Copyrights © 2025