Penelitian ini menginvestigasi praktik tradisi tahlilan di Masyarakat Kampung Cijambe, Sumedang, dengan pendekatan kualitatif studi lapangan, etnografi, dan Studi Living Quran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi tahlilan tetap dijalankan di kampung Cijambe meskipun dengan praktik yang lebih sederhana dibandingkan masa lampau. Ritual-ritual yang sebelumnya lazim telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Salah satu perubahan signifikan adalah jarangnya pelaksanaan tahlilan hingga mencapai hari ke-40 atau ke-100 setelah kematian seseorang, dipengaruhi oleh mobilitas tinggi penduduk yang banyak bekerja di luar kota dan adopsi pemikiran baru yang mempengaruhi tradisi lokal. Pengaruh ulama-ulama terkenal di kampung tersebut. Tradisi ini didasarkan pada bacaan-bacaan Alquran yang dianggap sebagai Living Quran, memberikan landasan spiritual bagi pelaksanaannya. Masyarakat menganggap penyajian makanan kepada tamu sebagai bentuk Shadaqah yang dihadiahkan kepada si mayat, menghormati warisan budaya dan agama nenek moyang mereka. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal terjalin dalam kehidupan sehari-hari, walaupun dengan variasi dari tuntutan syariat agama. Kesederhanaan dalam pelaksanaan tahlilan tetap dijunjung tinggi sebagai ekspresi kesetiaan terhadap tradisi dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun.
Copyrights © 2024