Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol pada pasien rawat jalan dapat menyebabkan pengobatan yang tidak efektif dan meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Menurut WHO, sekitar 700.000 kematian per tahun diakibatkan oleh infeksi resisten antibiotik. Kepatuhan pasien dalam penggunaan antibiotik sangat penting untuk keberhasilan terapi, dan pelayanan kefarmasian berperan dalam meningkatkan pemahaman serta kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan pasien rawat jalan dalam penggunaan antibiotik dan menganalisis hubungan antara kinerja pelayanan kefarmasian dengan kepatuhan pasien di Rumah Sakit X Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel terdiri dari 100 pasien rawat jalan yang menerima resep antibiotik, dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Data dikumpulkan melalui kuesioner MMAS-8 untuk kepatuhan dan kuesioner berbasis standar Pelayanan Informasi Obat (PIO) untuk kinerja pelayanan kefarmasian. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-Square. Sebanyak 68% pasien rawat jalan dikategorikan patuh dalam penggunaan antibiotik. Karakteristik responden menunjukkan mayoritas berusia 36–45 tahun (37%), berjenis kelamin perempuan (76%), berpendidikan terakhir SMA/SMK/MA (36%), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (35%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kinerja pelayanan kefarmasian dengan kepatuhan pasien (p-value = 0,533; p > 0,05). Tingkat kepatuhan pasien rawat jalan dalam penggunaan antibiotik di Rumah Sakit X Surakarta tergolong tinggi (68%), namun kinerja pelayanan kefarmasian tidak berhubungan signifikan dengan kepatuhan pasien. Faktor lain seperti pemahaman pasien dan dukungan sosial perlu diteliti lebih lanjut untuk meningkatkan kepatuhan.
Copyrights © 2025