Sendratari klasik Beksan Trunajaya digagas Sri Sultan Hamengkubuwana I yang memiliki makna bahwa Taruna berarti muda, dan Jaya berarti menang) menggunakan senjata lawung (berupa tombak) yang digambarkan melalui adekan perang-perangan. Spirit Beksan Tunajaya dihasratkan sebagai upaya menumbuhkan jiwa patriotic dalam membela tanah air seperti yang diwariskan Sultan Agung saat mengusir penjajah Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses edukasi publik melalui refleksi nilai seni dan budaya visual Beksan Trunajaya keraton Yogyakarta dalam perspektif semio-edukatif, (2) menjabarkan dimensi kultural edukasi publik sebagai refleksi budaya visual beksan trunajaya keraton Yogyakarta dalam perspektif semio-edukatif. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Barthes yang digunakan dengan perspektif pedagogik, pendekatan semio edukatif menghasilkan penggabungan teori semiotika dan dasar teori pendidikan. Pada kegiatan penelitian thesis ini mendedah sistem tanda pada aspek visual pertunjukan tarian klasik Beksan Trunajaya yakni pada aspek visual tata rias dan tata busana serta ekspresi budaya lainnya sebagai refleksi filosofis hidup secara substansial. Melalui proses penggalian relasi tanda visual dan penggalian makna denotatif dan makna konotatif serta mitos untuk merefleksikan nilai-nilai edukasi publik. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan yakni: (1) menyajikan hasil tinjauan kritis terhadap relasi budaya dan edukasi publik melalui ekspresi budaya visual yang dipresentasikan melalui Beksan Trunajaya dalam perspektif semio edukatif. (2) Ekspanasi hasil analisis dimensi dimensi kultural edukasi publik sebagai refleksi budaya visual beksan trunajaya keraton Yogyakarta dalam perspektif semio-edukatif.
Copyrights © 2025