Community Based Tourism saat ini harus menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan eksistensinya di tengan persaingan pariwisata yang berbasis padat modal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam bagaimana destinasi wisata yang berbasis Community Based Tourism, seperti destinasi wisata Tebing Breksi mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan privatisasi pariwisata di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi non partipasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelola destinasi wisata Tebing Breksi menerapkan berbagai strategi resiliensi, di antaranya inovasi atraksi alam, budaya, dan minat khusus yang bertujuan untuk menciptakan memorable tourism experience. Atraksi alam menawarkan keindahan alam yang berupa formasi Batuan Breksi Piroklastik yang saat ini telah ditetapkan sebagai situs geoheritage, lanskap sunset, Gunung Merapi, Candi Prambanan, dan lampu kota. Atraksi budaya menawarkan pertunjukkakn seni lokal seperti Tari Sanggar Laksita Krida Sambi, Kudho Song Pacc, dan Bedhol Desa. Selanjutnya, minat khusus terdri dari aktivitas petualangan, seperti jeep tour dan camping. Strategi resiliensi yang lainnya adalah penguatan pada kualitas SDM melalui partipaspi aktif di pelatihan, praktik, dan pendampingan secara langsung. Strategi resiliensi yang lain berfokus pada penguatan pengelolaan manajemen internal komunitas dan meningkatkan kolaborasi dengan basis model pentahelix. Namun penelitian ini menemukan beberapa tantangan, seperti destinasi wisata Tebing Breksi belum menjadi pilihan utama bagi wisatawan dan tantangan berupa kendala regenerasi pengurus destinasi wisata Tebing Breksi. Dengan adanya penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pengelola destinasi wisata Tebing Breksi melakukan beragam upaya dan melibatkan berbagai pihak untuk mempertahankan eksistensi dari destinasi wisata Tebing Breksi. Kata kunci : Resiliensi Destinasi Wisata CBT, Destinasi Wisata Padat Modal, Destinasi Wisata Tebing Breksi, Model Pentahelix, Privatisasi Pariwisata.
Copyrights © 2025