Penelitian ini mengkaji tentang pembentukan identitas gender pada masyarakat karo yang dikenal memiliki budaya patriarki yang kental. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif-analitis. Temuan dalam penelitian ini adalah penggunaan istilah kiasan sirukat nakan, sebuah ungkapan tradisional dalam masyarakat Karo yang digunakan oleh laki-laki untuk merayu perempuan agar bersedia menjadi istri yang menerima segala kekurangannya. Secara simbolik, ungkapan ini mencerminkan nilai kesetiaan dan penerimaan tanpa syarat dalam relasi patriarkal. Namun, saat ini sirukat nakan semakin jarang digunakan, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi yang membawa nilai-nilai kesetaraan gender serta pergeseran budaya dan bahasa, maka bahasa Karo perlahan tergeser oleh bahasa Indonesia dan bahasa global. Temuan ini menunjukkan transformasi ekspresi budaya tradisional, sekaligus menekankan pentingnya pelestarian istilah lokal sebagai bagian dari identitas kultural dan warisan sosial masyarakat. Meski demikian, penggunaan istilah tersebut masih bisa ditemukan dalam percakapan masyarakat tertentu di wilayah Karo.
Copyrights © 2025