Serial Bidaah (2025) menampilkan dinamika kompleks antara otoritas keagamaan dan realitas sosial yang berubah, menjadikan tokoh Walid sebagai titik fokus dalam pembacaan simbolik dan ideologis. Metode yang digunakan adalah analisis semiotika dua tahap Barthes, yaitu denotasi dan konotasi, serta mitos sebagai bentuk ideologi yang tersembunyi dalam tanda. Data dikumpulkan melalui observasi visual dan naratif terhadap adegan-adegan yang merepresentasikan karakter Walid, mencakup busana, mimik, dialog, dan setting sosial-budaya dalam serial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada level denotatif, Walid ditampilkan sebagai tokoh agama yang kharismatik dan berwibawa. Namun, pada level konotatif dan mitologis, muncul kontradiksi antara citra kesalehan dengan praktik kekuasaan simbolik yang ditampilkan. Representasi ini menunjukkan bahwa Bidaah berfungsi sebagai teks budaya yang mendekonstruksi simbol-simbol keagamaan dan menawarkan wacana kritis terhadap institusi agama di tengah perubahan sosial. Kontribusi penelitian ini terletak pada pemanfaatan teori semiotika Barthes untuk mengungkap lapisan ideologis dalam representasi tokoh agama di media fiksi, sekaligus menunjukkan bagaimana media turut membentuk dan menggugat makna-makna dominan terkait religiusitas dan kekuasaan. Temuan ini memperkaya kajian media dan komunikasi, khususnya dalam memahami peran media dalam memproduksi mitos sosial dan membingkai ulang citra keagamaan dalam konteks masyarakat kontemporer.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025