Penelitian bertujuan untuk menganalisis secara mendalam terkait thrifting di sebagai representasi gaya hidup di kalangan Generasi Z. Latar belakang masalahnya adalah pergeseran perilaku konsumsi dari pembelian pakaian baru menuju pakaian bekas, yang didorong oleh keinginan untuk tampil unik, keterbatasan finansial, serta meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kerangka teoritis Teori Interaksi Simbolik untuk memahami bagaimana individu memberikan makna pada thrifting dan bagaimana makna tersebut membentuk identitas sosial mereka. Metode penelitian melibatkan wawancara mendalam dengan beberapa informan Generasi Z yang secara aktif melakukan thrifting., pedagang, dan juga melakukan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thrifting bukan hanya kegiatan ekonomi, tetapi juga praktik sosial yang sarat makna. Pikiran (mind) para informan memaknai pakaian bekas sebagai "vintage," "unik," dan "berkualitas," yang bertolak belakang dengan citra produk fast fashion. Proses ini membentuk konsep diri (self) mereka sebagai individu yang kreatif, berhemat, dan peduli lingkungan. Lebih lanjut, masyarakat (society) dalam bentuk interaksi dengan teman dan media sosial memvalidasi dan memperkuat makna tersebut, menjadikannya bagian dari gaya hidup dan identitas sosial yang asli. Thrifting merupakan fenomena komunikasi yang kompleks, di mana individu secara aktif membangun makna dan identitas diri melalui simbol-simbol yang mereka temukan dan bagikan dalam interaksi sosial.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025