Tulisan ini menyajikan kajian ekokritik terhadap lima cerpen yang terbit di Kompas tahun 2023, yaitu berjudul “Pohon-pohon Jalan Protokol” karya Kiki Sulistyo; “Bukit yang Tidak Selesai Dibangun” karya Adam Gottar Parra; “Pohon Larangan di Bengayoan” karya Nafi’ah Al-Ma’rab; “Apakah Langit Akan Biru Hari Ini?” karya Rizqi Turama; dan “Dilalap dalam Lelap” karya Miranda Seftiana. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis untuk mendeskripsikan hubungan antara struktur cerita dengan unsur-unsur ekologi: polusi, tempat tinggal, hutan, bencana, binatang, dan bumi. Struktur cerita dalam lima cerpen menjadi penting menampilkan keterhubungan antara sastra dengan ekologi. Masalah kerusakan lingkungan dalam cerpen berdampak tidak sebatas aspek fisik, tetapi meliputi ekonomi, sosial, dan budaya. Maka, terdapat narasi yang kompleks dalam lima cerpen dengan menampilkan wacana ekosfer sebagai dampak masalah ekologi. Tiga cerpen menempatkan masalah lingkungan sebagai dampak dari pembukaan lahan sawit sehingga mengorbankan ekosistem hutan dan berdampak terhadap kesehatan. Secara tegas, lima cerpen menyorot masalah ketidakseimbangan ekosistem sebagai dampak dari kerusakan lingkungan yang berpijak pada kondisi faktual. Maka, lima cerpen yang terbit di Kompas tahun 2023 merefleksikan hubungan ekologi dengan sastra secara global.
Copyrights © 2025