Instalasi farmasi di rumah sakit umum daerah (RSUD) BLUD memiliki peran penting untuk mendukung layanan kesehatan melalui pengadaan dan distribusi obat. Namun, selama ini perhitungan biaya yang terjadi pada pelayanan farmasi khususnya pada pelayanan tebus obat untuk pasien masih banyak menggunakan metode tradisional yaitu dengan membagi total biaya berdasarkan volume output, tanpa mempertimbangkan variasi aktivitas yang terjadi pada penentuan biaya yang dibebakan pada suatu aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan unit cost pelayanan farmasi menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC) dan membandingkannya dengan hasil perhitungan menggunakan metode tradisional untuk pengukur keakuratan penentuan biaya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif melalui studi kasus di Instalasi Farmasi RSUD BLUD Sleman. Data dikumpulkan melalui observasi secara langsung, wawancara, dan dokumentasi laporan keuangan serta aktivitas operasional pada layanan obat instalasi farmasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan unit cost menggunakan metode ABC sebesar Rp150.000 per resep, sedangkan metode tradisional sebesar Rp100.000. Selisih Rp50.000 disebabkan oleh penggunaan pemicu biaya (cost driver) yang lebih rinci pada metode ABC, seperti jumlah resep, jenis obat, dan frekuensi pelayanan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa metode perhitungan unit cost dengan pendekatan ABC memberikan informasi biaya yang lebih tepat dan dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan strategis yang lebih efisien di RSUD BLUD
Copyrights © 2025