Masyarakat sipil merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga keseimbangan antara negara dan warganya, terutama dalam konteks demokrasi. Namun, munculnya bentuk-bentuk otoritarianisme modern menghadirkan tantangan serius bagi peran masyarakat sipil. Otoritarianisme modern tidak selalu tampil dalam bentuk represi langsung seperti pada rezim otoriter klasik, melainkan melalui strategi halus seperti pembatasan kebebasan berpendapat, manipulasi media, kriminalisasi aktivisme, serta kooptasi organisasi masyarakat sipil. Dinamika ini memperlihatkan bahwa masyarakat sipil harus beradaptasi dengan kondisi politik yang semakin kompleks dan penuh ambiguitas. Melalui studi literatur, artikel ini menganalisis strategi yang ditempuh masyarakat sipil dalam menghadapi otoritarianisme modern, termasuk penggunaan teknologi digital, penguatan jaringan transnasional, dan pengembangan model gerakan berbasis komunitas lokal. Kajian menunjukkan bahwa meskipun masyarakat sipil sering kali berada dalam posisi tertekan, mereka tetap mampu menciptakan ruang-ruang resistensi baru yang lebih fleksibel, cair, dan berorientasi pada kolaborasi. Artikel ini menegaskan bahwa masa depan demokrasi sangat bergantung pada kapasitas masyarakat sipil untuk mempertahankan independensinya sekaligus memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh era digital.
Copyrights © 2025