Kajian ini mengeksplorasi proses integrasi identitas gender non-normatif dan religiositas melalui analisis naratif autobiografi Dorce Gamalama, seorang figur publik transpuan muslim di Indonesia. Dorce dianggap sebagai sampel kritikal yang merepresentasikan dinamika kompleks integrasi identitas, mengingat perjuangannya untuk diakui sebagai transgender sekaligus menjalani ritual keagamaannya secara konsisten di Indonesia. Studi ini mengidentifikasi fase-fase perkembangan identitas menurut Cass’s Model of Identity Formation, mulai dari identity confusion sejak usia dini, identity comparison saat ia ‘naksir’ laki-laki, identity tolerance melalui kontak sosial dengan komunitas transpuan, hingga identity acceptance dan pride setelah memperoleh validasi sosial dan legal pasca-operasi kelamin. Konflik identitas memuncak saat Dorce mempertanyakan legitimasi spiritual atas identitas gendernya, khususnya terkait pelaksanaan ibadah sebelum dan sesudah operasi transisi. Dukungan dari komunitas transpuan, surat dari penggemar, afirmasi dari otoritas agama, dan praktik positive religious coping seperti doa dan haji menjadi faktor protektif dalam fase identity pride dan conflict resolution. Dorce mencapai fase identity synthesis melalui integrasi harmonis antara identitas gender, spiritualitas, dan peran sosialnya yang tercermin melalui aktivitas filantrop. Studi ini mendukung kerangka Transformative Intersectional Psychology sebagai pendekatan guna memaknai kembali konflik identitas menjadi sumber pertumbuhan personal.
Copyrights © 2025