Ungkapan istifhām (kata tanya) dalam Alquran tidak selalu bermakna literal, melainkan kerap memikul fungsi retoris yang implisit. Artikel ini menelaah makna kata tanya pada tujuh surah panjang (as-sab’u ath-thiwal) untuk memetakan ragam bentuk dan fungsi implisitnya dalam perspektif balaghah. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka dan analisis konten atas seluruh ayat yang berpola tanya pada Al-Baqarah, Āli ‘Imrān, An-Nisā’, Al-Mā’idah, Al-An‘ām, Al-A‘rāf, dan At-Taubah. Data dianalisis secara deskriptif-analitik dengan dukungan literatur balaghah dan tafsir. Hasil kajian menunjukkan bahwa kata tanya memuat spektrum fungsi retoris, antara lain: al-amr (perintah), an-nahy (larangan), an-nafy (peniadaan), al-inkār (pengingkaran), at-ta‘ajjub (keheranan), at-taswiyah (penyerupaan), al-istib‘ād (pengingkaran/anggap jauh), at-taqrīr (ketetapan), at-tahwīl (penegasan yang menakutkan), at-taswīq/taswīq? (motivasional), al-wa‘īd (ancaman), al-istibṭā’ (menganggap lambat), at-tanbīh (peringatan), at-taḥqīr (celaan), dan at-ta‘ẓīm (pengagungan). Variasi fungsi tersebut tersebar lintas surah dan konteks, sehingga pemaknaan istifhām menuntut pembacaan kontekstual, bukan sekadar terjemahan tekstual. Kesimpulannya, pemahaman kaidah istifhām dalam balaghah penting untuk mengungkap makna implisit ayat-ayat tanya pada as-sab’u ath-thiwal serta meningkatkan ketepatan tafsir dan pengajaran Alquran
Copyrights © 2025