Perawatan paliatif menempatkan keluarga sebagai mitra kunci dalam pengambilan keputusan klinis, terutama di masyarakat kolektivistik yang nilai dan praktik religiusnya kuat. Kualitas komunikasi perawat–keluarga menentukan kejelasan tujuan perawatan, keselarasan keputusan dengan nilai pasien, serta keterlaksanaan dokumen advance care planning (ACP). Tujuan: Menilai pengaruh norma religius dan struktur keluarga terhadap kualitas komunikasi perawat–keluarga, serta dampaknya pada keputusan klinis (keberadaan ACP, waktu diskusi tujuan perawatan, dan preferensi eskalasi vs perawatan berfokus kenyamanan). Metode: Riset campuran berurutan. Fase kualitatif menggunakan wawancara mendalam semi-terstruktur pada keluarga pasien dewasa yang menerima layanan paliatif dan perawat yang terlibat dalam diskusi klinis, dianalisis secara tematik untuk memetakan otoritas keputusan, peran komunitas keagamaan, dan strategi komunikasi efektif. Temuan memandu adaptasi instrumen survei. Fase kuantitatif berupa survei potong lintang multi-fasilitas pada ±600 keluarga. Variabel: religiusitas/norma religius (modul FICA yang diadaptasi), struktur keluarga (indeks sentralisasi keputusan), kualitas komunikasi (Quality of Communication/QOC), shared decision-making (SDM-Q-9), serta luaran klinis berbasis rekam medis. Analisis mediasi–moderasi dengan bootstrap 5.000 replikasi dan cluster-robust standard errors; kovariat meliputi usia, pendidikan, diagnosis, lama perawatan, serta keterlibatan rohaniawan. Etik: Informed consent, protokol distress, dan kerahasiaan data religius, selaras dengan pedoman paliatif nasional. Hasil yang diharapkan: Religiusitas dan struktur keluarga memengaruhi kualitas komunikasi; kualitas komunikasi yang lebih baik berkaitan dengan keputusan klinis yang lebih tepat waktu dan selaras nilai. Implikasi: Rekomendasi kurikulum komunikasi sensitif-budaya bagi perawat dan indikator mutu implementasi layanan paliatif.
Copyrights © 2025