Artikel mengenai variasi gaya bahasa dalam dakwah masih belum banyak berkembang, terutama jika dibandingkan dengan bidang sastra secara umum. Padahal, gaya bahasa memegang peran penting dalam menyentuh emosi mad’uw, terlebih dalam novel dakwah yang panjang, yang menuntut kemampuan menarik perhatian pembaca hingga akhir. Novel sebagai karya sastra panjang memang menghadirkan tantangan tersendiri dalam mempertahankan minat pembaca. Salah satu contoh novel dakwah yang menonjol karya Himma Ahsana yang berjudul Tuhan, Ke Manakah Aku Harus Melangkah? Novel ini menggambarkan perjuangan penuh ujian, dengan penggunaan gaya bahasa yang bervariasi dari awal hingga akhir. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan, dengan merujuk pada teori Gorys Keraf. Pendekatannya bersifat kualitatif-deskriptif, menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Hasilnya menunjukkan bahwa: pesan akidah dominan menggunakan gaya bahasa klimaks, pesan syariah dominan menggunakan paralelisme dan repetisi, pesan akhlak dominan menggunakan klimaks dan antitesis. Secara keseluruhan, penulis menggunakan gaya bahasa antiklimaks untuk menurunkan intesitas emosi (misalnya menggambarkan kepasrahan). Klimaks untuk membangun emosi dalam menghadapi ujian hidup. Antitesis untuk menunjukkan pertentangan gagasan (misal: keraguan vs keyakinan). Paralelisme untuk menegaskan ide yang saling melengkapi (seperti masalah dan ujian). Repetisi untuk memperkuat pesan inti emosional.
Copyrights © 2025