Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang dibangun sebagai respons terhadap krisis over kapasitas Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan menjadi proyek percontohan teknologi Waste-to-Energy (WtE) di Indonesia dengan menggunakan metode insinerasi. Namun, kontribusinya terhadap pengurangan sampah DKI Jakarta masih sangat kecil, dan belum sepenuhnya terintegrasi dalam kerangka ekonomi sirkular. Tantangan utama mencakup karakteristik sampah yang basah dan heterogen, minimnya kesadaran sistem pemilahan di masyarakat, serta minimnya pelibatan pelaku daur ulang informal seperti pemulung. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan analisis Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) untuk mengevaluasi potensi dan tantangan PLTSa dalam mendukung sistem ekonomi sirkular. Hasil menunjukkan bahwa PLTSa memiliki peluang sebagai solusi pengolahan sampah residu dan penyedia energi bersih, namun berisiko memperparah eksklusi sosial bila tidak dirancang secara inklusif. Solusi strategis mencakup penguatan pemilahan dan pre-treatment, integrasi pemulung, pemanfaatan residu sebagai produk sirkular, serta transparansi dan partisipasi publik. PLTSa seharusnya menjadi bagian dari sistem pengelolaan sampah terpadu yang menempatkan prinsip Reduce-Reuse-Recycle (3R) dan keadilan sosial sebagai fondasi utama menuju transisi ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
Copyrights © 2025