Program Indonesia Pintar (PIP) ditujukan untuk membantu siswa kurang mampu agar tetap bersekolah. Namun, di lingkungan sekolah menengah negeri, muncul pergeseran gaya hidup di kalangan penerima PIP yang ditandai dengan konsumsi simbolik dan eksistensi digital. Penelitian ini bertujuan mengkaji perubahan tersebut dan menilai kesesuaiannya dengan tujuan awal program. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi pada siswa penerima PIP di SMA Negeri 1 Pabedilan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian siswa penerima PIP cenderung menggunakan dana beasiswa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi simbolik, seperti membeli gadget mahal, mengikuti tren fashion, dan membangun eksistensi di media sosial. Pergeseran ini tidak terlepas dari pengaruh peer group, tekanan lingkungan sekolah, serta minimnya pengawasan penggunaan dana beasiswa. Fenomena tersebut menimbulkan risilo bias sosial dan kecemburuan di lingkungan sekolah, serta mengaburkan tujuan utama program PIP sebagai bantuan pendidikan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan literasi keuangan, pembinaan nilai hidup sederhana, dan peningkatan pengawasan agar dana beasiswa benar-benar digunakan sesuai kebutuhan pendidikan dan tidak sekedar menjadi alat reproduksi gaya hidup konsumtif.
Copyrights © 2025