Kemiskinan masih menjadi salah satu persoalan utama yang dihadapi banyak daerah, termasuk di Jawa Barat. Untuk mencari tahu faktor apa saja yang berpengaruh, penelitian ini menelusuri hubungan antara angka pengangguran terbuka dan tingkat pengeluaran rata-rata penduduk terhadap kondisi kemiskinan di periode 2015–2023. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan analisis regresi linier berganda, sehingga bisa terlihat seberapa besar pengaruh kedua faktor tersebut, baik secara bersama-sama maupun secara terpisah, terhadap tingkat kemiskinan. Data yang dipakai berupa data runtun waktu (time series) yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta dokumen resmi lainnya. Sebelum dianalisis lebih lanjut, data terlebih dahulu melewati uji kelayakan model, seperti uji normalitas, multikolinearitas, dan autokorelasi, agar hasilnya valid dan bisa dipercaya. Hasilnya menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka ternyata tidak berpengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan, dengan nilai signifikansi 0,835. Sebaliknya, tingkat pengeluaran per kapita justru memiliki pengaruh nyata dan berhubungan negatif dengan kemiskinan, terbukti dari nilai signifikansi 0,018. Artinya, semakin tinggi kemampuan masyarakat dalam melakukan pengeluaran, semakin rendah pula tingkat kemiskinan yang terjadi. Temuan ini menekankan bahwa meningkatkan daya beli masyarakat lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan dibanding hanya berfokus pada menekan jumlah pengangguran. Oleh karena itu, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan penting bagi pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan pembangunan ekonomi. Fokus yang lebih diarahkan pada peningkatan kesejahteraan dan daya beli masyarakat diperkirakan akan memberi dampak yang lebih nyata dalam menurunkan angka kemiskinan di Jawa Barat.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025